Profesi saya bukan sales, bukan orang yang ahli menjual, tapi ada keadaan-keadaan yang membuat saya harus mempelajari ilmu sales atau bagaimana cara menjual. Ternyata belajar dasar-dasar sales asyik juga dan saya jadi keterusan.
Ada tiga keadaan yang mengharuskan saya berjualan. Pertama dulu saya adalah freelancer dengan jualan utama jasa SEO, sekarang jasa SEO menjadi usaha sampingan saya. Sewaktu menjual SEO kemampuan sales saya payah, saya menjualnya secara serampangan sehingga banyak sekali gagal menjual.
Kedua saya menjual value blog saya pada berbagai brand menawarkan sponsored post. Di tahap ini kemampuan sales agak lebih baik.
Ketiga saya membantu menjual spot iklan sebuah media nasional, menawarkannya pada perusahaan-perusahaan yang relevan. Hal itu membuat kemampuan sales saya bertambah sedikit lebih baik lagi. Dan memaksa saya untuk belajar lebih banyak tentang dasar sales.
Salah satu yang saya pelajari bahwa sales adalah numbers game, permainan angka. Untuk menghasilkan kualitas diperlukan kuantitas. Awalnya saya ragu dengan teori ini tapi setelah beberapa lama akhirnya saya merasakan sendiri dan ternyata benar.
Maksudnya secara sederhana adalah untuk mendapatkan 1 pembeli kita harus menawarkan pada banyak orang. Misalnya kita jualan buku, ternyata setelah kita menawarkan pada 50 orang menghasilkan 1 buku terjual. Maka logikanya kalau target penjualan buku adalah 100 eksemplar per bulan, maka tiap bulan harus menawarkan pada sekitar 5000 orang.
Pada contoh di atas rasio penjualannya adalah 2%. Mengetahui berapa rasio penjualan ini penting sekali bagi seorang sales.
Kalau proses sales sudah berjalan beberapa lama maka bisa dihitung dari data penjualan yang ada berapa rata-rata rasionya. Jika sales baru mulai maka diperlukan data pelanggan.
Database pelanggan ini sangat penting, juga merupakan modal utama bagi sales. Kalau memiliki database pelanggan yang bagus maka orang sales tinggal action mengontak mereka. Entah lewat email, telepon, medsos, bertemu langsung, atau jalur lainnya. Kalau tidak memiliki database pelanggan, rasanya sulit bagi sales untuk mencapai target penjualan.
Penerapan Pada Blog
Saya memiliki sebuah blog niche kucing dan salah satu metode monetasinya adalah sponsored post. Awalnya hanya menunggu ada brand yang mengontak minta produknya direview. Setelah berjalan beberapa lama kok saya rasa sponsored post selain pasif juga bisa dilakukan secara aktif.
Maka saya pun riset data perusahaan/brand/klinik hewan dan semacanya yang terkait dengan kucing. Tujuan awal saya adalah mendapatkan sebanyak mungkin produk gratis untuk kucing saya. Uang adalah tujuan sampingan, toh kalau dapat uang juga akan saya gunakan untuk keperluan kucing saya.
Dalam prosesnya tujuan saya berkembang:
- Mendapatkan sponsored post (produk gratis, syukur kalau dapat uang juga).
- Mendapatkan guest post dari dokter hewan untuk meningkatkan authority blog.
- Menjual iklan banner.
- Mendapatkan peluang affiliate marketing.
Saya catat di excel data brand yang saya peroleh.
Pada tahap awal saya mengontak sekitar 80 lebih prospek. Menghasilkan sekitar 20 deal yang sebagian besarnya adalah sponsored post sekaligus peluang affiliate marketing, beberapa guest post, dan 1 penjualan iklan banner.
Rasio penjualannya adalah 25% atau 1 banding 4. Jadi ke depannya untuk mendapatkan 1 deal saya harus mengontak minimal 4 prospek.
Menariknya ternyata brand yang sudah pernah deal dengan blog saya bisa ada deal baru lagi. Mungkin karena sudah merasakan value yang bisa diberikan oleh blog saya.
Misalnya ada satu brand makanan kucing yang deal sponsored post. Ketika mereka mengeluarkan produk baru, snack kucing, saya tawari sponsored post lagi dan langsung mau.
Ada lagi brand pasir kucing yang memasang iklan banner berbayar bulanan. Mereka kemudian mengontak saya untuk sponsored post.
Jadi artinya awalnya saya mencari pelanggan. Kemudian dari situ setelah dikenal pelanggan, ganti ada beberapa pelanggan yang mencari saya. Dan kalau pelanggan yang mencari kita itu koversinya atau rasio penjualannya akan lebih tinggi.
Mengontak brand untuk menawarkan sponsored post saya bahas lebih lanjut di ebook gratis saya Blog to Profit.
Penerapan di Media Online
Saya belum lama membantu sales iklan di sebuah media. Parahnya, media tersebut tidak mempunyai database pelanggan. Data pelanggan terserak di kontak telepon, di Whatsapp, di email, tapi tidak terkumpul rapi dalam sebuah database.
Pokoknya berantakan. Jadi sambil berjualan iklan saya pelan-pelan merapikan database yang ada dan menambahnya dengan data baru.
Sebenarnya saya ingin menggunakan software CRM tapi karena tidak ada budget maka memakai excel saja. Yang saya catat adalah nama perusahaan, bidang usahanya/industrinya apa, medsos, nama contact person dan jabatannya, email, nomor HP.
Lalu apakah perusahaan tersebut pernah beriklan advertorial atau tidak, iklannya di bulan apa. Juga iklan display/banner. Pernahkah menjadi narasumber artikel dan bulan apa artikel di-publish.
Ketika ada database yang cukup baik maka kerja saya semakin mudah dan semakin terarah. Saya bisa mengetahui rasio penjualan saya berapa, tiap bulannya harus mengontak berapa perusahaan jika ingin mencapai target penjualan.
Perusahaan yang pernah beriklan saya tawari untuk beriklan lagi, dan komunikasi serta closing deal-nya biasanya lebih mudah. Karena sudah saling kenal, sudah merasakan value yang diberikan media tempat saya bekerja, sudah terbentuk trust.
Untuk perusahaan yang belum pernah beriklan saya mendekatinya dengan cara menjadikannya narasumber. Bisa dengan mewawancara mereka tentang sebuah tema untuk dijadikan artikel. Atau menerbitkan event yang mereka adakan, dan sebagainya. Ketika sudah beberapa lama terjalin komunikasi baru saya tawari iklan.
Menariknya ada beberapa perusahaan yang pemilik dan petingginya pernah diwawancara untuk artikel. Mereka di lain waktu sebelum saya tawari sudah minta sendiri penawaran iklan.
Bahkan ada beberapa yang memberi saya uang karena mereka berterima kasih sudah dijadikan narasumber. Sesuai perjanjian dengan media tempat saya bekerja, pemberian narasumber menjadi hak saya.
Gambar oleh Anton Lovász dari Pixabay
MasyaAllah… Enak sekali tulisan ini dibacanya… Kapan saya bisa pintarnya
Keren mas Pur! Ilmu marketing ini nggak cuma modal mulut seperti cara dulu², malah sekarang banyak yang pakai artkel karena dirasa lebih halus. Yang paling penting adalah keaktifan dari sales personnya aka si blogger buat jemput bola. ❤️
Wah menarik nih, ternyata ilmu dasar tentang sales bisa diterapkan dalam blog juga. Selama ini saya ga pernah melakukan jemput bola seperti yg mas Pur lakukan. Makasih tuk insightnya mas Pur. Nice !
Wah dapat ilmu baru lagi nih dari tulisan ini. Apakah berlaku untuk semua niche atau khusus niche yg jarang ada kak?
Untuk blog ya. Asal ada potensi market/brand-nya, blog punya value yang bisa dijual, dan berani mencoba serta nggak takut ditolak.
Terima kasih atas ilmunya, Pak Purwanto. Saya setuju banget soal selling dan angka. Saya mulai menawarkan jasa saya di UMKM Bali dan puji Tuhan sudah ada beberapa brand yang tertarik. Masih harus banyak belajar dari Pak Purwanto sih ini.
Sebagai pelaku di dunia penjualan atau sales selama bertahun2. Penjualan tanpa angka dan database baik itu produknya consumer goods, otomotif atau apapun. Tanpa data base sebagai acuan, itu nothing. Thanks ka artikelnya bagus
wah keren banget mas ini teknik untuk salesnya. jujur saya belum pernah nih menawarkan diri untuk sponsored post gitu soalnya pastinya ada beban lebih kan ya kalau kita yang nawarin diri nggak cuma pageview tapi mungkin juga penjualan produk
Dari pengalaman saya gak dituntut produk harus terjual. Tapi saya dari awal ijin masang link afiliasi buat produknya, report afiliasi itu kadang saya kasih juga ke brand biar mereka tahu impact nya sejauh apa. Sekalian bisa buat bekal nawarin kerjasama baru.
Aku sendiri kerja di divisi Promosi dan sering berhubungan dengan tim marketing / sales. Mencari database adalah pekerjaan dari anak-anak marketing, dari mulai mengolah data sampai jadi hot prospek dan deal
Dan ilmu di dunia marketing ternyata juga bisa diterapkan di blog ya, menarik juga nih.
selama ini kalau aku mendapatkan tawaran kerjaan di blog, cuman dibikin rekap biasa aja di exelan. Intinya biar aku ga lupa pernah kerjasama dengan siapa aja dan tentang apa
Bagus sekali informasinya. Saya setuju kalau ilmu marketing ga hanya sekedar bisa ngomong aja, tapi bagaimana si sales person ini bisa punya kreativitas dalam menggaet clientnya, yang salah satunya sistem jemput bola seperti yang mas pur lakukan. Keren sih tekniknya! Sukses selalu yaa mas!
Wah, makasi ilmunya Mas. Saya ikut belajar pelan-pelan. Saya pun setuju bahwa kebanyakan kuantitas akan diikuti kualitas. Seperti orang belajar mempraktikan ilmu pengetahuan. Semakin banyak diulang dan dilakukan akan semakin melekat ya. Salah satu impian saya nih bisa memonetisasi blog juga.
Caranya sama kayak aku, mancing duluan buat dapat prospek, kadang DM ke 10 brand cuma dibalas 1-2 doang. Banyak juga yang nolak, tapi yaudah gapapa. Namanya juga usaha hehehe. Jadi tetep semangat cari klien lagi nihh abis baca ini
Betul mbak, lebih banyak yang nolak daripada yang nerima. Awalnya dulu baper tapi lama-lama jadi biasa.
Intinya terus menawarkan kepada sebanyak mungkin orang sehingga kesempatan untuk diterima atau kerjasama juga semakin besar ya…
Iya, tapi nggak sekedar banyak, harus didata dengan baik juga.
Kak, mau tanya doonk.. hihi, kesempatan ada kak Purwanto.
Jadi kalau misalnya blog niche kucing, berarti kudu punya kucing benerannya yaa.. Yang senantiasa dijadikan objek tulisan. Apakah mungkin kalau kucingnya hanya 1 jenis dan 1 ekor, kak?
Terima kasih atas pencerahannya.
Nggak juga mbak. Nggak harus punya kucing. Asal bisa bikin konten berkualitas dan bermanfaat. Dengan cara setidaknya mau riset sungguh-sungguh.
Saya nulis di salah satu media dengan niche yang saya buta pengalaman dan pengetahuan. Niche nya ketat, fakta harus sesuai, data juga, approval ketat, dll. Saya bekalnya riset, wawancara narasumber, satu artikel kadang bisa 2 minggu baru selesai.
Kalau rutin dan serius nulis niche spesifik lama-lama akan jadi pinter tentang niche itu. Karena kita dipaksa belajar.
Berbicara tentang sales dan cara memasarkan produk memang tak lepas dari angka dan tanggugjawabnya untuk target penjualan. Selain itu, pada blog ketika kita yakin memiliki value terhadap blog, ya maju terus, tawarkan kerja sama. Diterima atau ditolak harus siap menghadapinya. Kalaupun paitnya ditolak, kita mesti berbenah dan memperbaiki blog kita lagi.
Nawarin blog kita ke orang lain, kudu tahu diri juga. Itu kalau aku sih. Jadi gak semua hap ditangkap apalagi kalau gak sesuai sama kita. Jadi blog atau sosial media kita tetap terjaga
Betul mbak idealnya begitu, job yang diterima sesuai niche dan kalau bisa dioptimasi keywordnya, sehingga authority terjaga, crawl budget terjaga.
khusus yang tentang blog makin tercerahkan nih saya kak,
karena kalau dipikirkan memang bener, ketika klien udah tahu dengan kinerja kita maka jadinya bakal terus jalin kerjasama